Senin, 03 Juni 2013

film Epic


Epic
(2013 - 20th Century Fox/Blue Sky Studios)

Directed by Chris Wedge
Story by William Joyce, James V. Hart, Chris Wedge
Screenplay by James V. Hart, William Joyce, Daniel Shere, Tom J. Astle, Matt Ember
Based on the book "The Leaf Men and The Brave Good Bugs" by William Joyce
Produced by Jerry Davis, Lori Forte
Cast: Amanda Seyfried, Colin Farrell, Josh Hutcherson, Christoph Waltz, Beyoncé Knowles, Aziz Ansari, Chris O'Dowd, Steven Tyler, Jason Sudeikis, Pitbull





Ketika banyak pemerhati film agak silau sama merek Pixar dan DreamWorks saat membicarakan produk film animasi komputer/CGI, sesungguhnya ada satu lagi studio yang tak kalah sukses dalam mempersembahkan film-film karyanya, yakni Blue Sky Studios—yang diinduki 20th Century Fox. Meski kerap "terlewatkan" dari radar penghargaan bergengsi, tak dipungkiri bahwa Blue Sky termasuk konsisten dalam menghasilkan film-film yang menghibur dan berkualitas baik, pun sukses secara komersial. Sejauh ini gw nggak pernah kecewa dengan film-filmnya Blue Sky. Gw emang baru nonton Ice Age, Robots, Ice Age 3, dan Rio (kurang Horton Hears a Who dan 2 seri Ice Age lainnya), tapi semuanya adalah film-film menyenangkan dengan karakter-karakter berwarna dan visual yang indah nan canggih. Nah, lewat Epic, Blue Sky seperti berusaha menaikkan level, masih mengandalkan keindahan visual, tetapi ceritanya tidak se-haha-hihi film-film mereka sebelumnya.
Mary Katherine atau biasa dipanggil M.K. (Amanda Seyfried), seorang remaja rada emo yang baru ditinggal wafat sang ibunda dan terpaksa harus tinggal dengan ayahnya, Prof. Bomba (Jason Sudeikis) di tempat penelitiannya di hutan, mendapati dirinya masuk ke dalam sebuah "dunia lain" yang tak kasat mata. Pertemuannya dengan seorang ratu peri Tara (BeyoncĂ©) membuat tubuh M.K. menyusut dan kemudian menyaksikan sendiri bahwa terdapat sekumpulan peri—yang berukuran kira-kira sebesar jari manusia—yang tak hanya menghuni seluruh hutan, tetapi menjaga kelangsungannya. M.K. pun secara tiba-tiba ditugaskan untuk menghantar sebuah kelopak bunga berisi "nyawa hutan" yang harus diberikan kepada yang berhak, namun kelompok peri pembusuk/penggersang yang dipimpin Mandrake (Christoph Waltz) juga menginginkan "nyawa hutan" itu dalam genggamannya agar segenap hutan berada di bawah kekuasaannya. M.K. tak sendiri, ia dibantu dan dilindungi pasukan Leaf Men, Jenderal Ronin (Colin Farrell) dan Nod (Josh Hutcherson), serta duo siput+keong penjaga kelopak bunga Mub (Aziz Ansari) dan Grub (Chris O'Dowd) untuk menuntaskan tugasnya, agar Mandrake tak berkuasa dan merusak keseimbangan alam.
Blue Sky did it again. Epic adalah film animasi yang exciting dan seru, gw sudah lama tidak merasakan sebuah keseruan serupa dalam film animasi semenjak Legend of the Guardians: The Owls of Ga'Hoole keluaran studio Animal Logic/Warner Bros. Ga'Hoole, yang buat gw kayak film 300 versi burung hantu, mungkin jadi perbandingan yang tepat buat Epic karena sama-sama berjenis dongeng fantasi petualangan, dan ada perang-perangannya. Bagian perang-perangan inilah yang mungkin jadi jualan utama Epic, membuatnya seperti versi "mini" dari The Lord of the Rings (plot-nya juga mirip-mirip sih), but it worked, seru banget dan tampilannya keren. Impresifnya tampilan film ini dipersenjatai oleh teknik animasi, tata visual plus efek visual yang sangat cakep. Desain visual serba hijau daun terpadu indah dengan detil-detil dunia kaum peri, begitu pula menyatu dengan desain karakternya, terutama para peri itu sendiri yang seakan memakai pakaian indah (atau tidak indah, tergantung di pihak yang mana) langsung dari alam. Soal ini gw secara khusus suka banget sama armor para Leaf Men yang mirip baju zirah samurai (mungkin ada hubungan sama nama Jenderal Ronin) dengan detil warna dan motif yang "minta banget" dijadiin inspirasi cosplay. Pokoknya secara visual yang juga melibatkan William Joyce, penulis buku sumbernya (yang juga penulis materi sumber film Rise of the Guardians-nya DreamWorks) sebagai production designer, Epic memang memenuhi janjinya dalam menyajikan tontonan yang indah dan apik.
Di sisi lain, kisah yang diusung Epic memang terbilang plain and simply dongeng, intinya sih tentang baik versus jahat sebagaimana sering dijumpai dalam cerita-cerita yang ditargetkan pada anak-anak. Tetapi gw senang dengan penanganan sutradara Chris Wedge dan timnya dalam mempertajam dunia dongengnya ini, nggak memperlakukannya sekedar saja. Berbagai justification yang ditampilkan, misalnya kenapa peri tidak bisa dilihat oleh mata manusia, rasanya mudah diterima, justru membuat gw semakin terhanyut dalam dunianya. Namun yang lebih oke lagi adalah bagaimana mereka membangun tiap karakternya dengan distinctive dan simpatik. Gw suka banget gambaran awal hubungan awkward antara M.K. dan ayahnya karena telah cukup lama gak connect karena perceraian, atau vibe yang muncul antara Ronin yang supercool itu dengan Ratu Tara, singkat tetapi kena banget. Ritme filmnya juga diatur dengan sangat baik, rapih, nggak ada yang terasa terburu-buru. Dan untungnya lagi, sekalipun tone keseluruhan filmnya tidak mengutamakan komedi, penempatan humor dalam film ini pun oke dan menghibur, kemunculan tokoh "alat khusus pemancing tawa", Mub dan Grub bekerja cukup baik dan tidak mengganggu. Aziz Ansari is phenomenal =D.
Yah, bisa saja banyak yang menganggap film ini lebih cocok buat anak-anak saking sederhananya cerita yang dibawakan. Tidak ada pesan-pesan moral yang kompleks, metafora dan alegori kontemplatif dan sebagainya. Namun, menurut gw, kadang sebuah tontonan yang bagus (dan asyik) tidak perlu itu semua, asalkan disajikan dengan cara yang enak dan tepat, sehingga membuat penonton sok gede sekalipun rela melepaskan inner child mereka. Epic buat gw tetap mengasyikkan, keren malahan. Apalagi ini datang dari studio yang sebelumnya lebih banyak berkecimpung di ranah komedi keluarga, Epic ini membawa angin segar. Film ini seperti jawaban Blue Sky akan tantangan memadukan kisah fairy tale khas Disney klasik yang dulu sangat disukai dengan adegan-adegan laga yang lebih diakrabi sama penonton zaman sekarang, dan hasilnya oke beratts. Gw akui sih film ini sedikit terlalu ambisius dalam memoles kesederhanaan ceritanya, termasuk dalam pemberian judulnya, serta pemaksaan menjual nama selebritas terkenal dalam jajaran pengisi suaranya (Steven Tyler okelah. But, Pitbull? Seriously?), namun tidak menghalangi gw dalam menikmati setiap momen yang disajikannya. Indah dipandang, enak diikuti, dan seru!












Tidak ada komentar:

Posting Komentar